Yoii guys, sure. Kamu pasti masih ingat beberapa bulan terkahir ini banyak kejadian tentang pejabat negara “flexing” (pamer). fenomena ini mencerminkan ketiadaan integritas serta gagalnya fungsi manajemen dalam memitigasi flexing sebagai perilaku yang beresiko dalam menurunkan reputasi organisasi.
All you need to know about:
Reputasi merupakan daya tarik yang dihasilkan dari pengomunkasian identitas diri atau organisasi kepada stakeholder. Daya tarik tersebut mendorong seseorang untuk merekomendasikan anda dan organisasimu ataupun dalam membangun sebuah ikatan.
Flexing adalah istilah yang ramai digunakan seseorang yang sering pamer kekayan, dengan adanya media sosial dan dorongn netizen membuat fenomena ini menjadi-jadi. Sebenernya apasih tujuan flexing, sebenearnya hal ini hanya dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, di antaranya menunjukan status dan posisi sosial, menciptakan kesan bagi orang lain dan menunjukan kemampuan.
Ok.Than ?
Bagaimana flexing ini bisa membuat krisis reputasi seseorang atau organisasi. di tinjau dari aspek komunikasi pada dasarnya reputasi di bentuk oleh 3 aspek yaitu ; 1) bagaimana organisasi mampu membangun perilaku atau behavior dari anggota organisasi, 2) bagaimana organisasi mampu mendevelopment kinerja organiasasi, dan 3) bagaimana organisasi mampu membuat komunikasinya dengan baik. jika di simpulkan aspek tersebut yaitu perilaku, kinerja, dan komunikasi. Dari tindakan flexing tentu kita bisa melihat apa yang memengaruhi 3 aspek ini.
Yaa. tentunya aspek yang pertama dong…, aspek perilaku. dalam menajamen reputasi di era digital ini kita harus bisa membawa opini publik yang mampu menciptakan sentimen, sederhananya sentimen positif akan memberi citra yang baik.