Teori ini menyoroti pengorganiasasian sebagai proses yang dinamis yang membantu organisasi memahami informasi yang ambigu dan kompleks. Dengan fokus bagaimana organisasi mengelola, menafsirkan dan menggunakan informasi untuk beradaptasi dan membuat keputusan di lingkungan guna mengurangi uncertainty ( ketidakpastian) dan Equivocality (ambiguitas informasi). Weick menyamakan pengorganisasian dengan pemrosesan informasi; informasi adalah bahan baku umum yang diproses oleh semua organisasi. Namun, komunikasi yang diterima organisasi seringkali samar-samar. Itu berarti pesan tertentu memiliki setidaknya dua interpretasi yang sama-sama masuk akal. Model pengorganisasian Weick menggambarkan bagaimana orang memahami sebagian dari masukan verbal yang membingungkan itu.
PROSES EVOLUSI SOSIAL BUDAYA DALAM ORGANISASI
Dalam Organizational Information Theory (OIT) Karl Weick menggunakan analogi teori evolusi dari Darwin untuk menjelaskan bagaimana organisasi terus beradaptasi dalam menghadapi lingkungan yang penuh ketidakpastian (uncertainty) dan ambiguitas (equivocality). Weick memahami organisasi seperti organisasi hidup yang terus beradaptasi, berikut prosesnya:
Enactment (Penafsiran) : Anggota organisasi aktif membentuk lingkungan mereka melalui tindakan yang mereka ambil, menciptakan realitas yang dapat mereka kelola.
Selection (pemilihan) : Organisasi kemudian memilih interpretasi terbaik dari tindakan sebelumnya, dengan menggunakan aturan atau oedoman yang ada untuk memahami dan mengelola informasi yang diterima
Retention (Penyimpanan): Informasi yang dianggap penting dan berguna disimpan
Untuk digunakan di masa depan. Hal ini memungkinkan organisasi untuk belajar dari pengalaman sebelumnya dan menggunakannya sebagai acuan dalam menghadapi situasi yang serupa di kemudian hari.
PENGORGANIASASIAN : MEMAHAMI INFORMASI YANG SAMAR
Dalam Organizational Information Theory (OIT), organisasi dipandang sebagai sistem yang sebagai sistem yang beroperasi di lingkungan yang penuh ambiguitas, yang disebut equivocality. Ambiguitas terjadi ketika ada lebih dari satu interpretasi yang masuk akal untuk suatu pesan atau situasi. Berbeda dengan ketidakpastian (uncertainty), yang berarti kurangnya informasi, (ambiguitas membutuhkan konteks atau kerangka kerja untuk menafsirkan informasi yang sudah ada, ketidakpastian membutuhkan informasi tambahan
Weick juga menjelaskan bahwa organisasi perlu mengelola dan mengurangi ambiguitas melalui proses komunikasi dan interpretasi bersama. Ini melibatkan siklus komunikasi di mana organisasi mengenali, menafsirkan, dan menyimpan informasi relevan untuk menghadapi tantangan lingkungan yang terus berubah. Dengan cara ini, organisasi dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dan adaptif berdasarkan informasi yang tersedia.
MODEL ORGANISASI SEBAGAI SISTEM YANG LONGGAR (LOOSELY COUPLED SYSTEMS)
Karl Weick berpendapat bahwa organisasi sering kali beroperasi sebagai sistem yang longgar (loosely coupled systems), dimana bagian-bagian organisasi tidak selalu erat terhubung satu sama lain. Fleksibilitas dalam sistem yang longgar memungkinkan organisasi untuk menyerap perubahan, menyesuaikan kerumitan dan keragaman internalnya sesuai dengan tingkat ambiguitas informasi yang dihadapi. Hal ini membantu organisasi untuk tetap bertahan dan berkembang meskipun menghadapi perubahan lingkungan yang penuh dengan informasi yang ambigu. Contohnya adalah universitas, di mana fakultas atau departemen memiliki tingkat otonomi yang tinggi. Sistem yang longgar ini memberikan organisasi fleksibilitas dalam menghadapi perubahan atau guncangan tanpa menyebabkan kehancuran.
RETROSPECTIVE SENSEMAKING DAN DOUBLE INTERACTS
Karl Weick menyampaikan bahwa organisasi beroperasi di dalam lingkungan informasi yang dipenuhi oleh equivocality, yaitu situasi di mana informasi memiliki banyak interpretasi yang masuk akal. Dalam Organizational Information Theory (OIT), Weick menekankan pentingnya pemrosesan informasi oleh organisasi untuk mengurangi ambiguitas tersebut. Dalam proses ini Karl Weick memperkenalkan konsep “retrospective sensemaking”, dimana organisasi menciptakan makna dengan melihat kembali tindakan yang telah dilakukan. Makna dibuat setelah tindakan diambil, dan pengalaman masa lalu digunakan untuk memandu keputusan dan tindakan di masa depan. Proses ini sangat penting dalam menghadapi ambiguitas dan ketidakpastian dalam informasi yang diterima oleh organisasi. Weick juga memperkenalkan konsep “double interacts”, yang merupakan siklus tindakan, respons, dan penyesuaian yang menjadi dasar dari interaksi organisasi. Dalam Organizational Information Theory (OIT), siklus ini mencerminkan bagaimana organisasi secara aktif menafsirkan dan merespons informasi melalui tindakan berulang-ulang yang membantu mengurangi ambiguitas. Siklus ini mencerminkan interaksi dinamis yang memungkinkan organisasi beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.